Pendiri dan CEO Huawei Technologies Co. Ltd, Ren Zhengfei hari Selasa kemarin (22/5) sempat diwawancarai wartawan China Media Group (CMG) di markas besar Huawei.
Ia mengatakan, pendidikan dasar dan pendidikan vokasional patut diberikan perhatian lebih besar, dan masalah fundamental dalam perdagangan Tiongkok dan AS adalah capaian tingkat pendidikan yang berbeda antara kedua negara.
Ren Zhengfei mengatakan, di era revolusi industri, seseorang dengan taraf pendidikan sekolah menengah atau kejuruan tingkat menengah sudah cukup untuk mendapat lowongan kerja.
Akan tetapi, di era AI atau era kecerdasan buatan, sumber daya manusia yang memadai harus diiringi pendidikan yang lebih tinggi. Bukanlah pendidikan meritokrasi yang diutamakan, melainkan pendidikan vokasional yang harus diberikan perhatian yang cukup.
Jerman sebagai contoh. Di negeri ini sebanyak 70 persen pendidikannya adalah pendidikan kejuruan. Pendidikan vokasional tingkat tinggi juga sangat penting.
Ren Zhengfei menyatakan, sosial kita pada akhirnya akan memasuki era kecerdasan buatan. Di lini produksi Huawei nyaris tiada buruh. Ke depannya, ratusan bahkan ribuan lini produksinya akan sepenuhnya beroperasi secara otomatis.
Sampai saatnya, seseorang yang belum menerima pendidikan perguruan tinggi, misalnya tidak bisa fasih berbahasa Inggris dan juga kurang pengetahuan tentang komputer, maka sosok serupa bahkan akan sulit mendapat peluang untuk dipekerjakan di pabrik.
Sama halnya, tanpa adanya sumber daya manusia yang kompeten, negara akan kehilangan daya saingnya. Ren Zhengfei mengatakan, masalah fundamental yang mengganggu perdagangan Tiongkok dan AS adalah capaian tingkat pendidikan.
Negara harus melakukan keterbukaan untuk menyongsong masa depan.
Mengenai teknologi 5G, Ren menuturkan bahwa ke depannya teknologi 5G tidak akan terpecah menjadi dua standar. Sebabnya dua standar itu akan sulit berbaur. (foto: www.finansialku.com)
