Sabtu, 11 Mei 2019 20:31

Penyelesaian sengketa dagang butuh saling memahami

Luar Negeri

Negosiasi senior ekonomi dan perdagangan Tiongkok-AS putaran ke-11 berakhir di Washington, Amerika Serikat (AS) pada hari Jumat kemarin (10/5).

Wakil Perdana Menteri Tiongkok Liu He selaku Kepala Tim Negosiator Tiongkok untuk Dialog Ekonomi Tiongkok-AS menyatakan, kepada media bahwa kedua pihak telah melakukan komunikasi dan kerja sama, perundingan tidak mengalami kegagalan, melainkan sebaliknya, dan ini hanya salah satu kesulitan kecil yang normal dalam perundingan kedua negara, Tiongkok tetap bersikap optimis terhadap konsultasi kedua pihak pada masa mendatang. Diberitakan, tim perunding kedua pihak akan bertemu lagi di Beijing untuk melanjutkan negosiasi.

Sebelumnya pada pukul 00:01 kemarin waktu setempat, AS resmi menerapkan tarif impor tambahan sebesar 25 persen terhadap barang-barang asal Tiongkok senilai 200 miliar dolar AS.Sebagai tanggapannya, hanya berselang dua menit, Tiongkok mengumumkan akan mengambil tindakan balasan seperlunya atas keputusan AS tersebut.

AS menuduh Tiongkok ingin merunding ulang terhadap sebagian isi perjanjian dan harus bertanggung jawab atas gagalnya perundingan, namun ternyata tuduhan AS tersebut tidak adil.

Mengenai negosiasi ekonomi dan perdagangan Tiongkok-AS, Tiongkok dari awalnya memiliki keprihatinannya sendiri, dan Tiongkok tidak bisa memberikan konsesi apa pun dalam masalah-masalah prinsipal.

Pertama adalah tuntutan AS yang mengharuskan Tiongkok membatalkan semua tarif tambahan agar perdagangan bilateral pulih normal. Tarif atau bea masuk adalah titik permulaan dalam sengketa perdagangan Tiongkok-AS kali ini. Apabila kedua pihak mencapai perjanjian dalam perundingan, maka semua tarif tambahan tentunya akan dihapuskan.

Saat ini rantai industri dunia sudah memasuki periode globalisasi, dan pengenaan tarif tambahan pasti akan menimbulkan dampak negatif terhadap ekonomi baik Tiongkok maupun AS, bahkan akan merugikan setiap rantai industri.

Dalam satu tahun silam, dampak negatif akibat sengketa perdagangan Tiongkok-AS sudah membuktikan bahwa dalam perang dagang tiada pihak mana pun yang menang, dan pengenaan tarif tambahan bukanlah cara penyelesaian yang kondusif. Saat ini, seluruh masyarakat internasional, termasuk warga AS sudah memperlihatkan sikap yang semakin tegas dalam menentang penerapan tarif tambahan. AS seharusnya menghormati tuntutan Tiongkok dan mempertimbangkan kepentingan seluruh masyarakat internasional.

Mengenai pembelian perdagangan, AS berkali-kali menuntut Tiongkok memperluas impor dari AS, bahkan meminta Tiongkok menjanjikan volume rinci atas pembeliannya. Akan tetapi, Tiongkok memperluas impornya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam negeri serta untuk mendorong perkembangan ekonomi yang bermutu lebih tinggi.

Volume pembelian yang dilakukan Tiongkok tidak hanya harus dipatok pada kebutuhannya, tapi juga harus berorientasi pada seluruh global. Produk negara mana pun yang kompetitif, maka produk itulah yang akan diminati para konsumen Tiongkok. Jual dan beli paksa mutlak tidak akan diterima oleh Tiongkok.

Adapun dokumen perjanjian, Tiongkok berpendapat bahwa kesepakatan tidak hanya akan mencatat permintaan AS, tapi juga harus mencakup permintaan Tiongkok agar tercapai perjanjian yang setimpal. Apa lagi ekspresi bahasanya juga harus dapat diterima oleh warga Tiongkok, tidak boleh merugikan kedaulatan dan kehormatan Tiongkok. Hanya perjanjian itulah yang dapat benar-benar dilaksanakan.

Yang patut diperhatikan ialah, walaupun masih terdapat perselisihan mengenai masalah utama, namun kedua pihak tetap setuju melanjutkan komunikasi. Ini menunjukkan bahwa setelah mengalami segala kesulitan dalam perundingan, kedua pihak kian jelas mengenai bottom line atau prinsip yang dipegang masing-masing pihak, yang kini sama-sama telah menyatakan niatnya yang keras untuk melanjutkan perundingan. Bagaimana pun kerja sama ekonomi dan perdagangan adalah instrumen stabilisasi bagi hubungan Tiongkok-AS, sekaligus elemen yang menguntungkan kedua pihak.

Ke depannya, Tiongkok tetap akan dengan tulus dan upaya maksimal untuk melanjutkan komunikasi dengan AS, berupaya mengatasi perselisihan dan memperluas kesepahaman guna mendorong perundingan mencapai kemajuan. Akan tetapi, dalam konsultasi itu, kepentingan inti sari dan keprihatinan utama masing-masing pihak harus dihormati di atas dasar sama derajat dan saling menguntungkan. Dan hanya dengan demikian barulah dapat kedua pihak menemukan pola atau solusi untuk mengontrol perselisihan dan memperluas kesepahaman antara satu sama lain, sehingga dapat mendorong hubungan Tiongkok-AS yang dilandasi koordinasi, kerja sama dan kestabilan.

favorite 0 likes

question_answer 0 Updates

visibility 582 Views

Update
No Update Available
Related News
Xi Jinping memimpin simposium mengenai pendorongan pembangunan Tiongkok barat di era baru
Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Tiongkok
Xi Jinping inspeksi Taman Pusat Logistik Internasional Chongqing
×