Rabu, 17 Oktober 2018 16:18

Ekonomi yang tangguh dan pasar jadi `senjata` Tiongkok hadapi perang dagang

Luar Negeri

Pada 14 Oktober waktu bagian timur AS, Presiden AS Donald Trump mengatakan dalam sebuah acara televisi bahwa Tiongkok “sudah kehabisan amunisi yang cukup” untuk menghadapi perang dagang AS. Akan tetapi, ia menyatakan pula bahwa bukanlah perang dagang yang terjadi antara AS dan Tiongkok, melainkan pertempuran kecil.

Walaupun presenter acara memperingatkan dia bahwa sehari sebelumnya ia masih menyebutnya sebagai “perang”, namun Trump tetap menyangkalnya, dan mengklaim dirinya tengah mempertimbangkan kemungkinan untuk meredam pertempuran kecil tersebut.

Ketika Trump menyinggung Tiongkok “sudah kehabisan amunisi”, dia merujuk pada tambahan tarif sebesar US$ 100 miliar(US$ 200 miliar) yang dikenakan AS terhadap Tiongkok dan tambahan tarif sebesar US$ 53,1 miliar yang diberlakukan Tiongkok terhadap produk AS terhadap Tiongkok. Nyata sekali, Trump ingin menonjolkan angka yang tidak setara tersebut untuk membuktikan bahwa Tiongkok sudah “kehabisan amunisi”. Pada hal, Tiongkok yang bersikap bijaksana dan menahan diri tidak berarti Tiongkok sudah “kehabisan” amunisi. Justru sebaliknya, perekonomian Tiongkok yang tangguh serta pasarnya yang besar selalu menjadi senjata atau “amunisi” berat untuk menghadapi perang dagang AS. Pertama, ekonomi tangguh Tiongkok telah memperpadat “gudang amunisi” Tiongkok untuk membalas perang dagang AS.

Dunia mencatat bahwa ekonomi Tiongkok beroperasi pada level 6,7 hingga 6,9 persen untuk 12 triwulan, di mana pertumbuhan ekonominya tengah beralih dari ekspor dan investasi ke bidang konsumsi. Selain itu, Tiongkok memiliki sistem industri yang mandiri dan lengkap serta rantai industri hulu dan hilir serta kelompok penduduk dengan penghasilan menengah terbesar di dunia dan pasar konsumsi yang paling potensial. Kesemua itu menjadi kekuatan Tiongkok untuk menghadapi terpaan dari luar.

UNCTAD dalam laporannya hari Senin (15/10) menyatakan, pada paro pertama tahun ini, Tiongkok menyerap modal asing sebesar US$ 70 miliar untuk menjadi negara terbesar dalam menyerap investasi langsung asing. Ketika dunia berpeluk dengan Tiongkok sebagai pasar besar dengan populasi sebanyak 1,4 jiwa, maka perang dagang pasti akan mengalami kegagalan.

favorite 0 likes

question_answer 0 Updates

visibility 426 Views

Update
No Update Available
Related News
Tiongkok percepat pembentukan Jaringan Transportasi Komprehensif Tiga Dimensi
Meningkatkan pelestarian bersama ekologi di Delta Sungai Yangtze
Anggota RCEP aktif berpartisipasi dalam CICPE
×